Resensi Buku Model-Model Pembelajaran Inovatif



Makalah Resensi  ke 5
MODEL-MODEL PEMBELJARAN INOVATIF
Karya  Di susun oleh   : Saidani / PBA-B/ 2022110069




Judul Buku                 :            MODEL-MODEL PEMBELJARAN INOVATIF
Penulis                         : Prof, Dr, H. Tukiran Taniredja
   Efi Miftah Faridli, Spd, M.Pd
   Drs, Sri Harmianto
Penerbit                       : CV ALFABETA  BANDUNG
Cetakan                       : 2011 ( ke dua )
Jumlah halaman           : 122
Ukuran                                    : 16 x 24 cm

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
BAB  I
Pendahululuan
Metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran (Riyanto, 2003:32). Dalam pelaksanaanya tidak dapat lepas dari teori dan pembelajaran, yang menanyakan apakah metode yang digunakan dalam desain pembelajaran ? kapan digunakan ? maka jawabnya adalah dengan metode dan situasi (Regeluth, 1987: 1-5). Situasi pembelajaran meliputi, hasil dan kondisi pembelajaran. Hasil  pembelajaran adalah efek dari setiap metode pembelajaran. Suatu mode pembelajarayang sama dapat membedakan hasil pembelajaran, jika kondisinya berbeda.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui berbagai cara antara lain, peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan evaluasi hasil belajar, penyediaan bahan ajar yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari kesemuanya itu  peningkatan kualitas pembelajaran menduduki priotas skala utama  sebab  akan berdampak positif pada  :
1.    Peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah
2.      Peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar
3.      Peningkatan keprofesionalan  pendidik
4.      Penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1)
Ketrampilan mengajar  merupakan kompetensi guru profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara menyeluruh. Menurut Trney dalam ( Mulyasa, 2007: 69). Ada delapan ketrampilan mengajar  yang  sangat berperan dan menentukan kualitas  pembelajaran.  Yang meliputi, ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan pelajaran, membuka danmenutup pelajaran, membina  diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok dan perorangan.
Sesuai dengan  pasal 5 SK Dirjen Dikti No. 38  Tahun 2002 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas  bahwa dalam metodologi pembelajaran hendaknanya:
1.    Pendekatan: menempatkan mahasiswa sebagai sebgai subyek pendidikan mitra dalam proses pembelajaran, sebagai umat, sebagai anggaota keluarga, masyarkat dan warga negara.
2.    Metode proses pembelajaran pembahasan secara kritis analitis induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog yang kreatif yang bersifat partisipasif  untuk meyakini kebenaran subtansi dasar kajian.
3.    Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka secara bervariasi, ceramah, dialog kreatif (diskusi) interaktif, metode inquiry, study kasus, penugasan mandiri, seminar kecil, dan kegiatan akdemik lainya yang pada dasarnanya menekankan kepada pengalaman belajar peserta didik secara bermakna.
4.    Motivasi menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian merupakan kebutuhan hidup
Sesuai dengan  pasal 5 SK Dirjen Dikti No. 38  Tahun 2002 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas  nomor 43/DIKTI/KEP/2006  Tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi  menegaskanbahwa metodologi pembelajaran hendaknya :
1.    Proses pembelajaran hendaknya di selenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa  untuk berpartisipasi aktif,serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandiriaan.
2.    Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan prosesw yang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analistis, induktif, deduktif, danreflektif melalui dialaog kreatif parsitipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran subtansi dasar kajian, berkarya nyata, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hayat.
3.    Bentuk aktivitas proses pembelajaran: tatap muka, ceramah, dialog interaktif, study kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kecil, dankegiatan kurikuler.
BAB 2
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
A.  Pengertian Portofolio
Dalam buku literatur “Portofoio” kebanyakan digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan konsep penilaian  berbasis portofolio (portofolio based assesment). Ada beberapa  pendapat dari para ahli  pendidikan tentang portofolio, mulai dari suatu map kumpulan tulisan siswa sampai dengan kliping dari item-item tertentu. Portofolo dapat di isi berupa fuile-file dari bermacam-macam draft, atau merupakan salah satu koleksi terbaik dari pekerjaan siswa pada suatu subyek selama beberapa bulan atau tahun (Kusno, 2003:3-4)
Popham (1995:3) mendefinisikan “portofolio” adalah suatu koleksi yang sistematis dari suatu pekerjaan. Dalam dunia penddikan, portofolio berkenaan dengan kumpulan yang sitematis dari pekerjaan siswa.
Menurut Airasian  (1994:4) portofolio adalah kumpulan karya siswa, istilah ini diambil dari portofolio seniman, yaitu kumpulan karya seniman yang dirancang  untuk dapat memperlihatkan gaya dan kemampuanya.portofolio berisi sampel terpilih dari karya siswa untuk diperlihatkan perkembangan danpertumbuhan siswa dalammencapai tujuan kurikulum tertentu. Istilah “karya terpilih “ merupakan kata kunci dari portofolio.
B.  Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model belajar berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif(CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Sebab sebelum, selama  berlangsung pembelajaran dan sesudah proses belajar mengajar  guru da siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. (Fajar, 2002:4).
Pengertian lain dari model pembelajaranberbasis portofolio, merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu murid memahami materi perkuliahan secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang telah dikaji di kelas dengan menggunakan berbagai sumber  bacaan atau referensi.
Bagi mahasiswa / peserta didik  model pembelajaran berbasis portofolio  memiliki beberapa  keunggulan  seperti  :
1.      Mampu mendorong keaktifan siswa / mahasiswa  apabila pengembangan materi pembelajaran ditugaskan secara mandiri atau kelompok.
2.      Mendorong eksplorasi  materi yang relevan dengan pokok bahasan, sehingga dapat diperoleh sejumlah dokument bahan kuliah  sebgai upaya perluasan pengetahuan.
3.      Mudah dilakukan apabial tersedia perpustakaan yang memadai, maupun internet
4.      Sangat menguntungkan dalam hal perluasan pengetahuan materi pembelajaran sebab dengan satu topik  pembelajaran, diperoleh sejumlah sudut pandang yang berbeda  dari materi yang sejenis
5.      Dapat menjadi programpendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik seperti belajar menilai dan mempengaruhi orang / kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan dalam kegiatan antara mahasiswa, antar sekolah, dan antar sekolah.
6.      Mengacu pada sejumlah prisip dasar pembelajaran yaitu prinsip belajar  mahasiswa aktif (Student aktif learning), kelompok belajar  kooperatif (ccoperati learning) pembelajaran partisipatorik  danmengajar yang reaktif ( reaktif learning)
C.  Landasan Pemikiran Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model pembelajaran berbasis portofolio, merupakan salah satu hasil inovasi di dalam model pembelajaran anatara lain dilandasi pemikiran-pemikiran sebagai berikut :
1.      Empat Pilar Pendidikan
a.    Belajr mengetahui ( Learning to Know )
b.    Belajar berbuat (learning to do )
c.    Belajar hidup bersama ( learning to live together )
d.   Belajar menjadi seseorang (learning to be )
2.      Pandangan Konstruktivitisme  pengetahuan berkembang melalui pengalaman.pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat pembelajaran harus dikemas menjadi  proses “ mengonstruksi”  bukan menerima pengetahuan.,siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterkibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
3.      Demokratic Teaching  adalah sebagai upaya menjadikan sekolah atau kampus sebgai pusat kehidupan demkrasi melalui proses pembelajaran demokratis.
4.       
D.   Prinsip-prinsip Dasar Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Menurut Budimansyah(2002) terdapat empat prinsip-prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio, yaitu :
1.         Prinsip Belajar Siswa Aktif proses dengan menggunakan  berbasis portofolio (MPBP) berpusat pada siswa dengan demikian model ini menganut prinsip belajara siswa aktifivitas siswa hampir diseluruh proses pembelajaran ,dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan di lapangan, dan pelaporan.
2.         Kelompok Belajar Kooperatif. Prinsip ini merupakan proses pembelajran berbasis kerja sama. Kerja sama antar siswa danantar komponen-komponen lain disekolah, termaswuk kerja sma sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa ajelas terlihat pada saat kelas sudah memilih salah satu masalah untuk kajian bersama semua pekerjaan disusun, orang-orang ditentukan, siapa mengerjakan apa, merupakan satubentuk kerja sama  itu.
3.         Pembelajaran partisipatorik. model pembelajaran portofolio melatih siswa sambil melakoni (learning by doing). Salah satu bentu pembelajaran ini adalah siswa hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap angkah dalam model ini memiliki makna yang ada hubungan dengan praktik hidup demokrasi.
4.         Reactive Teaching. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang sepert itu  akan tercipta  jika guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pembelajaran bagi kehidupan nyata. Dengan demikian gur harus menciptkan situasi sehingga materi pembelajaran selalu menarik.
5.          
E.  Langkah-langkah Pembelajaran Portofolio
Fajar (2002:53) menjelaskan bahwa strategi intruksional yang digunakan dalam model pembeljaran portofolio, pada dasanya bertolak dari strateg i”inquiry leraning, discovery learning, problem solving learning, research oruented learning” yang dikemas dalam model  “project” oleh Jhon Dewey. Budimansyah (200214) menetapkan lima langkah pembelajaran prtofolio sebgai berikut :
1.      Mengidentifikasi Masalah. Pada tahap ini dosenmahasiswa mendiskusikan tujuan dan mencari masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat. Misalnya yang ada dilingkungan keluarga, sampai pada lingkuangan yang terjauh. Kemudian di cari tema, atau pokok bahasan yang akan dikaji.pada tahapan ini dosen membagi kelompok kelas  kedalam-kelompok kecil (3-4 orang).
2.      Memilih masalah untuk kajian Kelas.  Berdasarkan perolehan hasil wawancara dan temuan informasi tsb,  kelompok  keil tsb  supaya membuat daftar masalah  yang selanajutnya secara demokratis kelompok ini supaya menetukan maslah yang kan dikaji.
3.      Menggunakan informasi tentang maslah yang akan dikaji oleh kelas. Pada langkah ini, masing-masing kelompok bermusyawarah dn berdiskusi serta mengidentifikasikan sumber-sumber informasi yang akan banyak memberikan banyak informasi sesuai dengan maslah yang akan dikaji. Setelah menetukan sumber-sumber  informasi kelompok membagi kedalam tim-tim  peneliti.
4.      Mengembangkan Portofolio Kelas. Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi yaitu: (1) seksi penayangan, yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat show-case, dan (2) seksi dokumentasi, yaitu seksi yaitu potofolio yang akan disimpan pada sebuah map jepit yang berisi data informasi lengkap setiap kelompok.
5.      Penyajian Portofolio (show-case). Setelah portofolio kelas selesai,kelas dapat menyajikan dalam kegiatan show-case (gelar kasus0. Kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa dalam hal menyajikan gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar menerima dan memahami gagasan  tsb.
Olio kelas selesa
F.   Element Penilaian Berbasis Portofolio. Yang dimaksud elemen penilaian dalamhal ini adlah unsur-unsur pokok yang dpat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah menyelesaiakan satu satuan pendidikan tertentu .Adapun ada beberapa  elemen yang dipandang penting yaitu :
1.      Perilaku Harian di Kampus . perilaku harianbaik yang positif dan yang negatif yang dapat diamati oleh peneliti selama berada dikampus meliputi akhlak mahasiswa dan sikap demokratis.
2.      Perubahan Sikap dan Perilaku Mahasiswa. Diharapakan setelah mengikuti pembelajaran selama satu semester terjadi perubahan sikap danperilaku ke arah yang positif.
3.      Ujian-ujianTengah semester  dan Ujian akhir semester.  Ujian tengah semester dan ujianakhir semester  dilaksanakan setelah mahasiswa mengikuti proses pembelajaran selama setengah semester dan  satu semester.
4.      Tugas-tugas Terstruktur. Tugas terstruktur merupakan tugas yang wajib dikerjakan oleh mahasiswa guna mendalami dan memperluas penguasaan materi.dalam penelitian ini mahasiswa diberi tugas terstruktur berupa berupa laporan buku /book report
BAB 3
MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK
A.  Pengantar
Diskusi kelompok  ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinterkasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi adlah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendpat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu maslah (Hasibuan dan Moedjiono,2008:20)
B.  Pemimpin Diskusi. Pemimpin diskusi adalah seorang yang bertugas memimpin diskusi agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk awal-awal sebgai latihan sebaiknya dosen memimpin diskusi dikelas. Tetapi apabila sudah beberapa kali  pertemua dilaksanakan diskusi dilaksanakan, maka bisa secara bergantian mahasiswa dilatih untuk memimpin diskusi. Adapun peran pemimpin diskusi menurut Semiawan (1988: 77) ada  dua terutama, yaitu:
1.             Sebagai pengatur lalu lintas pembicaraan, yakni bertugas  mengatur jalan diskusi agar lancar,  dengan cara (1) mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anggouta kelompok tertentu; (2) menjaga agar berbicara menurut giliran, tidak serempak; (3) menjaga agar pembicara tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang gemar berbicara;(4) membuka kesempatan bagi orang-orang tertentu (pemalu,Penakut) untuk mengemukakan pendapat; (5) mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggauta.
2.             Sebgai didnding penangkis,artinya pemimpindiskusi menerima, pertanyaan, atau komentar dari anggauta kemudianmelemparkan kembali kepada anggauta.
C.  Mengelola Kelompok Diskusi. Agar diskusi dapat berjalan dengan baik da hasilnya dapat optimal serta efektif da efesien, diperlukan pengelolaan yang sebaik-baiknya. Yang paling tida berupa langkah-langkah yang meliputi perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Yang meliputi  yaitu:
1.      Pembentukan Kelompok, pembentukan kelompok sebaiknya diserahkan kepada mahasiswa
2.      Pengaturan Tempat, idealnya ada ruang-ruang kecil agar mereka dapat leluasa bergerak
3.      Pelaksnaan Diskusi Kelompok, sebelum mereka melaksanakan diskusi kelompok dosen menjelaskan dahulu permaslahanya yang perlu  didiskusikan. Dosenmenjelaskan tema yang akan didiskusikan sehingga mereka telah mnegerti permasalahan yang akan didiskusikan.
D.  Hambatan dalam Pembelajaran Metode Diskusi .
1.    Hambatan dari peserta didik latar belakang peserta diskusi yang berneka ragam dalam hal pengetahuan, dalam hal kemampuan menyampaikan komunikasi(berkomunikasi), maka kurang menarik.
2.    Hambatan darimateri, materi harus sudah di pelajari dulu oleh ketua kelompok beserta anggautanya  sebelum di bahas untuk di diskusikan.
3.    Hambatan dari media, saran dan prasarana, penataan ruanganharus didesain sedemikain rupa agar para peserta  dapat melihat mahasiswa lain dan juga pemimpin diskusi harus bisa dilihat oleh peserta lain.

BAB 4
MODEL PEMBELJARAN DISKUSI KELAS
A.    Pengantar
Metode diskusi di kelas memungkinkan adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa atauantara mahasiswa dengan mahasiswa.denganmetode diskusi, dosen dapat membaca pikiranmahasiswa tentang konsep yang baru dipelajari, seperti menilai pemahaman mereka , apakah mereka salah mengerti atau bias terhadap konsep baru tersebut. Reaksi / emosi mereka terhadap konsep tersebut dapat diamati untuk melihat kesiapan mereka menerima inovasi / konsep-konsep baru.metode  diskusi dapat berjalan dengan  baik apabila mahasiswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar maslah yang akan di diskusikan, maka metode ceramah dapat di manfaatkan untuk menerangkan teori atau konsep yang akan dilaksnakan. Urutan ceramah tidaklah harus ceramah baru diskusi. Ini dapt dilaksanakan secara fleksibel, dosenmeminta mahasiswa secara kelompok untuk mendiskusikan sesuatu masalah menurut pengetahuanda pengalaman mereka.hasildiskusidapat di bahas melalui ceramah dosen dan dikaitkan konsep yang akan dikaji . cara ini memungkinkan dosen untuk memulai pelajaran dari pengetahuan yang telah mereka miliki sehingga konsep baru menjadi lebih mudah dipelajaridan bermakna bagimanusia.
1.      Persyaratan diskusi
Ada beberapa hal yang harus di patuhi dan perhatikan dalm pelaksanaan diskusi kelompok  maupun diskusi kelas  :
a)      Konsep dasar uintuk pemecahan masalah dalamdiskusi yang telah dipahami oleh mahasiswa
b)      Pokok-pokok maslah / kasus yang akan dibhas harus jelas
c)      Peran dosen adlah membimbing diskusi bukan memberi ceramah
2.      Sikap peserta diskusi
a)      Perhatian terfokus pada diskusi
b)      Tidak ada berbicara sendiriatyau diskusi kecil, kecuali mereka yang diberi kesempatan berbicara
c)      Menghargai pendapat orang lain walaupun berbeda bahkan bertolak belakang dengan pendapatnya
d)     Mau mendengar orang lain, tidak hanya mau didengar orang lain
e)      Tidak memotong pem,bicaraanorang lain , kecuali dalam keadaan sangat terpaksa, sebab pembicaraan sudah keluar dari focus pembicaraan.
3.       Manfaat diskusi
a)      Diberikan apabila mahasiswa telah memilki konsep atau pengalaman terhadap bahan yang telah didiskusikan. Oleh karena itu sebelum diskusi dosen hendaknya memberikanpenjelasan tentang bahanyang akan didiskusikan .
b)      Memperdalam pengalaman / pengetahuan yang telah di kuasai mahasiswa
c)      Melatih mahasiswa mengidentifikasidan memecahlanmaslah seta mengambil keputusan
4.      Kelemahan Metode  Diskusi
Menurut Suryosubroto  bahwa metode diskusi juga memilki kelemahan yang sebelumnya hendaknya dapat diantisipasi, seperti :
a)      Tak dpat diramalkan sebelumnya mnegenai hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggota.
b)      Memerlukan ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya
c)      Jalannya diskusi dapat dikuasai oleh bberapa siswa yang menonjol
d)     Tidak semua  topic dapat dijadikan topic diskusi, tapi hanya hal-hal yang bersifat problematic saja.
e)      Diskusi mendalam perlu waktu yang banyak, siswa tidak merasa dikejar-kejar dan perasaan dibatasi.
f)       Apabila suasan diskusi hangat siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.
g)      Sering terjadi dalam diskusi terjadi siswa kurang berani mengemukakan pendapat
h)      Jumlah kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa mengemukan pendapat
B.     Langkah-langkah Memimpin Diskusi
1.      Persiapan
a.       Merumuskan tujuan intruksional, mengapa atau alasanharus diadakan diskusi, memjelaskan pentingnya diadakan diskusi
b.      Menjelaskan akan hasil yang akan didapt dari hasil diskusi
c.       Menjelaskan tugas masing-masing kelompok
d.      Merumuskan pokok-pokokmaslah denga jelas dan ringkas
e.       Mempertimbangka latar belakang konsep dan pengalamanyang telah dimiliki mahasiswa
f.       Menyiapkan kerangka diskusi
g.      Menyiapkan  fasilitas diskusi
h.      Pembagian kelompok
i.        Medesain ruangan agar semua peserta diskusi maupoun penyaji dapt berhadapan sehingga lebih komunikatif dan interaktif
2.      Pelaksanaan
a.       Dosen menginformasikan tujuan intruksional, mengomunikasikan pokok maslah yang akan didiskusikan, menerangkan prosedur diskusi(presentasi, Tanya jawab/ diskusi. Alokasi waktu, menjelaskan aturan mainya.
b.      Kelompok penyaji yang terdiri dari dua kelompok menyajikan makalh secara bergantian secara panel, paling lama 15 menit tiap kelompok.
c.       Diskusipanel, moderator (Sementara ) memberikan kesempatan bertanya kepad audien pertermin tiap termin tiga penanya.
d.      Pemberian  kesempatan kepada penyaji untuk menanggapi pertanyan audien
e.       Pada diskusi kelas tahap-tahap awal dosen menjadi moderator

3.      Penutup
a.       Moderator menyimpulkan danmerefleksi hasil diskusi
b.      Evaluasi pelaksanaan diskusi, memberikan kesempatan kepada calon-calon kelompok pennyaji agar mempersiapkan lebih awal
c.       Dosen memberikan umpan balik dan penguatan

BAB 5
MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
Simulasi menurut  (Hasibuan dan Moedjiono, 2008:27) adlah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura, simulasi dapat berupa role plyaing (sosiodrama),  psikodrama, , dan permainan.
Sosio drama (role playuing) berasal dari sosio dan dan drama , sosio menunjukan  pada obyeknya yaitu masyarakat, yang menunjukan kegiatan-kegiatan social, dan drama berarti mempertunjkan, memepertontonkan, atau memperlihatkan.jadi metode sosio drama  adalah metode mengajar yang mendramatisasikan suatu situasi social yang mengandung problem, agar peserta didik dapt memecahklan masalah dari situasi social tsb.
A.    Prinsip-Prinsip Simulasi
1.      Dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompokdapat kesempatan simulasi yang sama atau berbeda
2.      Semua siswa harus terlibat dengan peranan masing-,asing
3.      Penetuan topic disesuaikan  dengan kemampuan tingkat kelas 
4.      Petunjuk simulasidberikan terlebih dulu
5.      Dalam simulasiseyogyanya dapatdicapai tiga domain psikis
6.      Dalam simulasihendaknya digambarkan dengan situasi yang lengkap
B.     Langkah-langkahPelaksanaan Simulasi
1.      Penentuan topik tujuan simulas
2.      iguru memberikan ganbarangaris besar situasi yang kan disimulasikan
3.      Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat dsb
4.      Pemilihan pemegang peranan
5.      Guru memberikan keterangan tentang peranan yang akan dilakuakn
6.      Guru memberikan kesempatan untuik mempersiapkan diri
7.      Menetapakan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
8.      Pelaksanaan simulasi
9.      Evaluasi danpemberian balikan (feed back)
10.  Latihan ulang
C.     Kebaikan metode sosio drama (role playing). Metode sosio drama, metode sosio drama menurut mansyur (1996:104) memiliki kebiakan antara lain yaitu:
1.      murid melatijh diri untuk melatih, memahami, dan  mengingat bahan yag akan didramakan
2.      murid akan terlatih untuk berkreatif dan beriinisiatif
3.      bakat yang terpendam pada murid akan dipupuk sehingga muncul-muncul bibit seni darisekolah
4.      murid menerima kebiaaan menerima dan membagi tugas tanggung jawab dengan sesamanay
5.      bahasa lisan yang digunakan akan dapat dibina dengan bail agar mudah dipahami oleh orang lain
D.    kelemahan   metode sosio drama
1.    sebagian anak tidak ikut bermain  mereka menjadikurang aktif
2.    banyak memakan waktu, persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukan
3.    memerluka tempat yang luas
E.     mengatasi Kelemahan Metode Sosiodrama
1.      guru menerangkan dengan metode ini, bahwa denga jalan metode ini siswa dapat diharapkan dapt memecahkan maslah hubungan social yang actual yang ada dimasyarkat.
2.      Guru harus memilih masalah yang urgen agar menarik minat siswa dengan menrik siswa  akan mteangsang  untuk untuk memecahkan masalah ini
3.      Agar memahami peristiwa, guru harus bis menceritkan sambil mengatur adegan pertama
4.      Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang kan didramasikan harus sesuai dengan waktu yang tersedia
BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN CERAMAH
A.    Pengantar
Ceramah adalah sebuah bentukinteraksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada  siswa. Dalampelaksanaan ceramah untuk mejelaskan uraianya, guru harus dapat menggunakan alat-alt bantu seperti gambar da audio visual lainya. Metode ceramah adlah yang paling banyak digunakan didalam proses mengajar.
Menurut Sagal (2009:202) Metode cermah agar menjadi sebuah metode y ang baik hendaknya di perhatikan  hal-hal sebagai berkut:
1.      Digunakan jika jumlahnya banyak
2.      Dipakai jika guru akan memperkenalka nmateri pelajaran baru
3.      Dipakai jika khalayak telah mampu enerima informasi dengam kata-kata
4.      Sebaiknya di selingi dengan media alat gambar atau alat-alat visual lainya
5.      Sebelum ceramah dimulai, senaiknay guru berlatih dulu  memberikan ceramah
B.     Sifat Metode  Ceramah
Bahwa siswa dengan metode ceramah adalahmendengarkan dengan teliti dan mencatat masalah-maslahpenting yang disampaikan guru, menurut sifatnya oleh sagala(2009:202 adalah sifat metode ceramah adlalah :
1.      Tidak dapat memberikan kesempatan berdiskusi untuk memecahkan masalah  sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam
2.      Kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapatnya
3.      Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya apalagi di gnakan kata-kata asing
4.      Kurang cocok dengan di gunakan untuk proses pembelajaran pada usia anak-anak kecil
C.     Langkah-langkah Metode Ceramah
Menurut Silberman, mel dalam (Khimiyah dkk, 2005:65-66) mejelaskanmiskipun model pembeklajaran ceramah itu ada kelemahan akan tetapi apabila dilakiukan dengan langkah langkah yang tepat  maka akan menjadi metode pembelajaran yang  efektif  caranya dengan menggunakan modifikasi-modifikasi untuk mengurangi kekurangan-kekurangannya. Langkah-langkah yang di maksdu adlah :
1.      Menggunakan cerita atau visual yang menarik, sajikan anekdot, cerita fiksi, kartun atau grafik yang relevan  yang dapt menarik perhatian.
2.      Tawarkan sebuah maslah ; kemukakan suatru problem di sekitar ceramah yang kan di susun
3.      Angkitkan perhatian dengan memberikan pertanyaan , berilah peserta didik dengan sebuah pertanyaan.
4.      Memberikan poi-poin dari ceramah pad kata-kata kunci sebagai alat bantu untuk mengingat
5.      Contohkan analogkan dengan sebuah ilustrasi pada kehidupan nyata  mengenai gagsan dalam  ceramahnya.
6.      Alat bantu visual, gunakan flip chart, transparasi, hand out, dan demonstrasi yang  dapat membantu siswa melihat dan mendengar  apa yang anda katakana.
7.      Review peserta didik :mintalah mahasiswa saling mereview isi ceramah satu dengan yang lain atyau berilah test  dengan menskor sendiri.

D.    Kebaikan metode ceramah 
1.      Guru dapat menguasai seluruh arah kelas
2.      Organisasi kelas sederhana
E.     kelemahanya  metode ceramah
3.      Guru sukar mngetahui sampai dimana  siswa telah paham dari isi pembicaraanya
4.      Siswa seruing memberikan pengertian lain dari hal-halyang dimaksud  guru

BAB  7
MODEL  PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar belakang    

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang        
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil   
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual      

B. Pemikiran tentang belajar.         

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar       

- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide.
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar  

- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar           

- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Kontekstual


1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Tradisional

1. Menyandarkan pada hapalan
2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme
- Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
- Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. Inquiry
- Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
- Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. Questioning (Bertanya)
- Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
- Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
- Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
- Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
- Tukar pengalaman.
- Berbagi ide

5. Modeling (Pemodelan)
- Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
- Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Reflection ( Refleksi)
- Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
- Mencatat apa yang telah dipelajari.
- Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Penilaian produk (kinerja).
- Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain

I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.

BAB  8
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
A.    Pengertian
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007). Selanjtnya Riyanto (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill.
Slavin (1995) dalam Isjoni (2007) mengemukakan, “In cooperative learning methods, student work together in four member team to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Selanjutnya Sanjaya (2006) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda(heterogen).
Pembelajaran kooperatif tentu saja bukan hal baru. Para guru sudah menggunakannya selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistimatik dan praktis yang ditujukan untuk digunaka sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas, pengaruh penerapan metode-metode ini juga telah didokumentasikan, dan telah diaplikasikan pada kurikulum pengajaran yang lebih luas (Slavin, 2009). Sedangkan menurut Isjoni (2007) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif saat ini banyak  digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan peembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencaapaian prestasi belajar siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman kelas yang lemah dalam bidang akedemik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka (Slavin, 2009).
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2007). Pembelajaran koperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keseragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Suprijono, 2009)
Sharan (1990) dalam Isjoni ( 2007) mengemukakan bahwa siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Selanjutnya   Johnson (1993) dalam Isjoni (2007) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, belajar menggunakan sopan-santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.
Ibrahim (2000) dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga macam tujuan pembelajaran, yaitu: hasil belajar akademik; penerimaan terhadap keragaman; dan pengembangan terhadap keterampilan sosial. Pembelajaran  kooperatif dalam tujuan untuk mencapai hasil belajar akademik, dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif juga memberikan efek terhadap penerimaan terhadap keberagaman ras, budaya, kelas sosial, gender, serta tingkat kemampuan. Selain itu yang juga sangat penting, pembelajaran kooperatif sangat jitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk bekerjasama, di mana keterampilan ini sangat dibutuhkan di dalam masyarakat.
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif  yang dikemukakan oleh Riyanto (2009) yaitu: (1) kelompok dibentuk dengan siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, (2) siswa dalam kelompok sehidup semati, (3) siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama, (4) membagi tugas dan tanggung jawab sama, (5) akan dievaluasi untuk semua, (6)  berbagi kepemimpinan dan keterampilan uttuk bekerja sama, (7) diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.
Menurut Suprijono (2009) bahwa terdapat lima prinsip yang mendasari pembelajaran koperatif yaitu (1) Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan, (2)  Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan, (3) Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok, (4) Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan keterampilan kerjasama dan bersosialisasi dan perlu adanya bimbingan guru agar siswa mampu berkolaborasi, (5) Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.
B.             Beberapa bentuk pembelajaran kooperatif 

1.Kaedah Jigsaw II  
Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi 'juru' dalam sub-unit sesuatu topik. Setelah masing-masing memahami bahagian masing-masing, setiap 'juru' mengajarnya pula kepada ahli kumpulan yang lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa proses ini membolehkan 'juru' dan ahli sama-sama memikirkan pembentangan yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan. Selain dari itu, kaedah ini juga memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajar mereka untukmenjadi 'juru' dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik lebih baik daripadanya, secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka.    
2.Kaedah STAD       
STAD merupakan akronim bagi Student Teams Achievement Divisions. Pembelajaran dalam kumpulan kecil dilakukan bagi sesuatu topik. Kaedah perbincangan ini boleh menggunakan kaedah Jigsaw II atau pendekatan lain. Selepas itu kuiz bertulis secara individu akan diberikan untuk menguji pemahaman pelajar. Setiap pelajar akan mendapat markah individu, peningkatan kemajuan yang ditunjukkan oleh setiap pelajar akan dikira dengan mengambil markah terbaru dan ditolak dengan purata markah pelajar itu sendiri. Perbezaan markah individu akan dikumpulkan untuk menjadi markah kumpulan. Di sebabkan markah kumpulan diperolehi berdasarkan peningkatan ahli kumpulan, ahli kumpulan akan saling bekerjasama supaya mendapat markah yang maksimum.           
3. TAI
TAI( Team Assisted Individualization) dibentuk menggabungkan antara motivasi dan insentif kepada kumpulan. Program yang diberikan mestilah bersesuaian dengan kemahiran yang dipunyai oleh setiap pelajar. Pelajar dalam setiap kumpulan mestilah terdiri daripada pelajar yang mempunyai keupayaan yang berbeza-beza. Ahli kumpulan yang bekerja secara berpasangan akan bertukar-tukar helaian jawapan kerja yang telah dibuat. Ahli kumpulan bertanggungjawab memastikan rakan-rakan dalam kumpulan bersedia untuk menduduki ujian akhir setiap unit. Skor mingguan yang diperolehi oleh kumpulan akan dijumlahkan , kumpulan yang melebihi skor yang ditetapkan akan diberikan sijil.

BAB 9
MODEL PEMBELAJARAN VCT
A.              Makna Pembelajaran VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.
B.      Langkah Pembelajaran Model VCT
Berkenaan dengan  teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain:
a.  Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation)
Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
1) Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik
2) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
3) Peserta didik merespon pernyataan guru
4) Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada tujuan  yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut.
b. Teknik Lecturing
Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:
1) Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru.
2) Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.
3) Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.
c. Teknik menarik dan memberikan percontohan
Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.
d. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dan sebagainya.
e. Teknik tanya-jawab
Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat pikirannya.
f. Teknik menilai suatu bahan tulisan
Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal: baik - buruk, benar – tidak-benar, adil – tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap penilaian.
g. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri
Kesimpulan
  Macam –macam  model pembelajaran  inovatif  perlu untuk meningkatkan mutu didalam  strategi pembelajaran untuk menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, sangat perlu untuk membangkitkan perhatian siswa  agar dapat mengkondisikan kelas , semakin kaya dengan inovasi strategi  pengajaran maka siswa akan selalu konsetrasi pada pelajaranyang di hadapi .


























Resensi buku yang ke 5   (04/12/2012)

MAKALAH  RESENSI  BUKU
 PEMBELAJARAN INOVATIF
Guna memenuhi tugas


Description: D:\foto\stain-pekalongan.gif

Mata Kuliyah  Strategi Belajar Mengajar
Dosen : Chusna Maulida, M.Pd.I
Penyusun : Saidani  Nim (2022110069)

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
JURUSANTARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
                                                      
2012

Komentar

  1. trimakasih. ini sangat membantu. saya ingin meminta bantuan, apakah bapak mempunyai referensi buku model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetation)? jika punya, saya mohon bantuannnya untuk kelancaran skripsi saya. trimakasih

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah...... dapat menambah bahan pustaka.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Bimbingan Konseling di PAUD/TK, SD,SMP, SMA

Resensi buku Perencanan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru

TATA CARA DZIKIR AN-NAQSYABANDI KAIFIYAT DZIKIR