Resensi Buku Model-Model Pembelajaran Inovatif
Makalah
Resensi ke 5
MODEL-MODEL
PEMBELJARAN INOVATIF
Judul Buku : MODEL-MODEL
PEMBELJARAN INOVATIF
Penulis : Prof, Dr, H. Tukiran
Taniredja
Efi Miftah Faridli, Spd, M.Pd
Drs, Sri Harmianto
Penerbit :
CV ALFABETA BANDUNG
Cetakan : 2011 ( ke dua )
Jumlah halaman : 122
Ukuran : 16 x 24 cm
Cetakan : 2011 ( ke dua )
Jumlah halaman : 122
Ukuran : 16 x 24 cm
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF
BAB I
Pendahululuan
Metode
pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara
optimal untuk kualitas pembelajaran (Riyanto, 2003:32). Dalam pelaksanaanya
tidak dapat lepas dari teori dan pembelajaran, yang menanyakan apakah metode
yang digunakan dalam desain pembelajaran ? kapan digunakan ? maka jawabnya
adalah dengan metode dan situasi (Regeluth, 1987: 1-5). Situasi pembelajaran
meliputi, hasil dan kondisi pembelajaran. Hasil
pembelajaran adalah efek dari setiap metode pembelajaran. Suatu mode
pembelajarayang sama dapat membedakan hasil pembelajaran, jika kondisinya
berbeda.
Peningkatan
kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui berbagai cara antara lain,
peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan evaluasi hasil belajar,
penyediaan bahan ajar yang memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari
kesemuanya itu peningkatan kualitas
pembelajaran menduduki priotas skala utama
sebab akan berdampak positif
pada :
1. Peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah
2. Peningkatan
kualitas masukan, proses, dan hasil belajar
3. Peningkatan
keprofesionalan pendidik
4. Penerapan
prinsip pembelajaran berbasis penelitian (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:
1)
Ketrampilan
mengajar merupakan kompetensi guru
profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara menyeluruh. Menurut Trney dalam ( Mulyasa, 2007: 69). Ada delapan
ketrampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran.
Yang meliputi, ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan
variasi, menjelaskan pelajaran, membuka danmenutup pelajaran, membina diskusi kelompok kecil, mengelola kelas,
serta mengajar kelompok dan perorangan.
Sesuai
dengan pasal 5 SK Dirjen Dikti No.
38 Tahun 2002 Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depdiknas bahwa dalam
metodologi pembelajaran hendaknanya:
1. Pendekatan:
menempatkan mahasiswa sebagai sebgai subyek pendidikan mitra dalam proses
pembelajaran, sebagai umat, sebagai anggaota keluarga, masyarkat dan warga
negara.
2. Metode
proses pembelajaran pembahasan secara kritis analitis induktif, deduktif dan
reflektif melalui dialog yang kreatif yang bersifat partisipasif untuk meyakini kebenaran subtansi dasar
kajian.
3. Bentuk
aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka secara bervariasi, ceramah,
dialog kreatif (diskusi) interaktif, metode inquiry, study kasus,
penugasan mandiri, seminar kecil, dan kegiatan akdemik lainya yang pada
dasarnanya menekankan kepada pengalaman belajar peserta didik secara bermakna.
4. Motivasi
menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian merupakan
kebutuhan hidup
Sesuai
dengan pasal 5 SK Dirjen Dikti No.
38 Tahun 2002 Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depdiknas nomor
43/DIKTI/KEP/2006 Tentang rambu-rambu
pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan
tinggi menegaskanbahwa metodologi
pembelajaran hendaknya :
1. Proses
pembelajaran hendaknya di selenggarakan secara interaktif, menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif,serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandiriaan.
2. Pembelajaran
yang diselenggarakan merupakan prosesw yang mendidik, yang di dalamnya terjadi
pembahasan kritis, analistis, induktif, deduktif, danreflektif melalui dialaog
kreatif parsitipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran subtansi dasar
kajian, berkarya nyata, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hayat.
3. Bentuk
aktivitas proses pembelajaran: tatap muka, ceramah, dialog interaktif, study
kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kecil, dankegiatan kurikuler.
BAB
2
Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio
A. Pengertian
Portofolio
Dalam
buku literatur “Portofoio” kebanyakan digunakan dalam hal-hal yang berkaitan
dengan konsep penilaian berbasis
portofolio (portofolio based assesment). Ada beberapa pendapat dari para ahli pendidikan tentang portofolio, mulai dari suatu
map kumpulan tulisan siswa sampai dengan kliping dari item-item tertentu.
Portofolo dapat di isi berupa fuile-file dari bermacam-macam draft, atau
merupakan salah satu koleksi terbaik dari pekerjaan siswa pada suatu subyek
selama beberapa bulan atau tahun (Kusno, 2003:3-4)
Popham
(1995:3) mendefinisikan “portofolio” adalah suatu koleksi yang sistematis dari
suatu pekerjaan. Dalam dunia penddikan, portofolio berkenaan dengan kumpulan
yang sitematis dari pekerjaan siswa.
Menurut
Airasian (1994:4) portofolio adalah
kumpulan karya siswa, istilah ini diambil dari portofolio seniman, yaitu
kumpulan karya seniman yang dirancang
untuk dapat memperlihatkan gaya dan kemampuanya.portofolio berisi sampel
terpilih dari karya siswa untuk diperlihatkan perkembangan danpertumbuhan siswa
dalammencapai tujuan kurikulum tertentu. Istilah “karya terpilih “ merupakan
kata kunci dari portofolio.
B. Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model
belajar berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif(CBSA)
dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Sebab sebelum, selama berlangsung pembelajaran dan sesudah proses
belajar mengajar guru da siswa
dihadapkan pada sejumlah kegiatan. (Fajar, 2002:4).
Pengertian
lain dari model pembelajaranberbasis portofolio, merupakan suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu murid memahami materi perkuliahan
secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang telah dikaji di kelas
dengan menggunakan berbagai sumber
bacaan atau referensi.
Bagi
mahasiswa / peserta didik model
pembelajaran berbasis portofolio
memiliki beberapa keunggulan seperti
:
1. Mampu
mendorong keaktifan siswa / mahasiswa
apabila pengembangan materi pembelajaran ditugaskan secara mandiri atau
kelompok.
2. Mendorong
eksplorasi materi yang relevan dengan
pokok bahasan, sehingga dapat diperoleh sejumlah dokument bahan kuliah sebgai upaya perluasan pengetahuan.
3. Mudah
dilakukan apabial tersedia perpustakaan yang memadai, maupun internet
4. Sangat
menguntungkan dalam hal perluasan pengetahuan materi pembelajaran sebab dengan
satu topik pembelajaran, diperoleh
sejumlah sudut pandang yang berbeda dari
materi yang sejenis
5. Dapat
menjadi programpendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan
partisipasi peserta didik seperti belajar menilai dan mempengaruhi orang /
kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan dalam kegiatan antara
mahasiswa, antar sekolah, dan antar sekolah.
6. Mengacu
pada sejumlah prisip dasar pembelajaran yaitu prinsip belajar mahasiswa aktif (Student aktif learning),
kelompok belajar kooperatif (ccoperati
learning) pembelajaran partisipatorik
danmengajar yang reaktif ( reaktif learning)
C. Landasan
Pemikiran Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model
pembelajaran berbasis portofolio, merupakan salah satu hasil inovasi di dalam
model pembelajaran anatara lain dilandasi pemikiran-pemikiran sebagai berikut :
1. Empat
Pilar Pendidikan
a. Belajr
mengetahui ( Learning to Know )
b. Belajar
berbuat (learning to do )
c. Belajar
hidup bersama ( learning to live together )
d. Belajar
menjadi seseorang (learning to be )
2. Pandangan
Konstruktivitisme pengetahuan berkembang
melalui pengalaman.pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat
pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “ mengonstruksi” bukan
menerima pengetahuan.,siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterkibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
3. Demokratic
Teaching adalah sebagai upaya menjadikan
sekolah atau kampus sebgai pusat kehidupan demkrasi melalui proses pembelajaran
demokratis.
4.
D. Prinsip-prinsip Dasar Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio
Menurut Budimansyah(2002) terdapat empat
prinsip-prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio, yaitu :
1.
Prinsip Belajar
Siswa Aktif proses dengan menggunakan
berbasis portofolio (MPBP) berpusat pada siswa dengan demikian model ini
menganut prinsip belajara siswa aktifivitas siswa hampir diseluruh proses
pembelajaran ,dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan di lapangan, dan
pelaporan.
2.
Kelompok Belajar
Kooperatif. Prinsip ini merupakan proses pembelajran berbasis kerja sama. Kerja
sama antar siswa danantar komponen-komponen lain disekolah, termaswuk kerja sma
sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa
ajelas terlihat pada saat kelas sudah memilih salah satu masalah untuk kajian
bersama semua pekerjaan disusun, orang-orang ditentukan, siapa mengerjakan apa,
merupakan satubentuk kerja sama itu.
3.
Pembelajaran
partisipatorik. model pembelajaran portofolio melatih siswa sambil melakoni
(learning by doing). Salah satu bentu pembelajaran ini adalah siswa hidup
berdemokrasi. Sebab dalam tiap angkah dalam model ini memiliki makna yang ada
hubungan dengan praktik hidup demokrasi.
4.
Reactive
Teaching. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu
menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang
tinggi. Motivasi yang sepert itu akan
tercipta jika guru dapat meyakinkan
siswa akan kegunaan materi pembelajaran bagi kehidupan nyata. Dengan demikian
gur harus menciptkan situasi sehingga materi pembelajaran selalu menarik.
5.
E. Langkah-langkah Pembelajaran Portofolio
Fajar (2002:53) menjelaskan bahwa strategi
intruksional yang digunakan dalam model pembeljaran portofolio, pada dasanya
bertolak dari strateg i”inquiry leraning, discovery learning, problem solving
learning, research oruented learning” yang dikemas dalam model “project” oleh Jhon Dewey. Budimansyah
(200214) menetapkan lima langkah pembelajaran prtofolio sebgai berikut :
1. Mengidentifikasi
Masalah. Pada tahap ini dosenmahasiswa mendiskusikan tujuan dan mencari masalah
yang terjadi pada lingkungan terdekat. Misalnya yang ada dilingkungan keluarga,
sampai pada lingkuangan yang terjauh. Kemudian di cari tema, atau pokok bahasan
yang akan dikaji.pada tahapan ini dosen membagi kelompok kelas kedalam-kelompok kecil (3-4 orang).
2. Memilih
masalah untuk kajian Kelas. Berdasarkan
perolehan hasil wawancara dan temuan informasi tsb, kelompok
keil tsb supaya membuat daftar
masalah yang selanajutnya secara
demokratis kelompok ini supaya menetukan maslah yang kan dikaji.
3. Menggunakan
informasi tentang maslah yang akan dikaji oleh kelas. Pada langkah ini,
masing-masing kelompok bermusyawarah dn berdiskusi serta mengidentifikasikan
sumber-sumber informasi yang akan banyak memberikan banyak informasi sesuai
dengan maslah yang akan dikaji. Setelah menetukan sumber-sumber informasi kelompok membagi kedalam
tim-tim peneliti.
4. Mengembangkan
Portofolio Kelas. Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi yaitu: (1)
seksi penayangan, yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan
presentasi kelas pada saat show-case, dan (2) seksi dokumentasi, yaitu seksi
yaitu potofolio yang akan disimpan pada sebuah map jepit yang berisi data
informasi lengkap setiap kelompok.
5. Penyajian
Portofolio (show-case). Setelah portofolio kelas selesai,kelas dapat menyajikan
dalam kegiatan show-case (gelar kasus0. Kegiatan ini akan memberikan pengalaman
yang sangat berharga bagi mahasiswa dalam hal menyajikan gagasan kepada orang
lain, dan belajar meyakinkan mereka agar menerima dan memahami gagasan tsb.
Olio
kelas selesa
F. Element
Penilaian Berbasis Portofolio. Yang dimaksud elemen penilaian dalamhal ini
adlah unsur-unsur pokok yang dpat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah
menyelesaiakan satu satuan pendidikan tertentu .Adapun ada beberapa elemen yang dipandang penting yaitu :
1. Perilaku
Harian di Kampus . perilaku harianbaik yang positif dan yang negatif yang dapat
diamati oleh peneliti selama berada dikampus meliputi akhlak mahasiswa dan
sikap demokratis.
2. Perubahan
Sikap dan Perilaku Mahasiswa. Diharapakan setelah mengikuti pembelajaran selama
satu semester terjadi perubahan sikap danperilaku ke arah yang positif.
3. Ujian-ujianTengah
semester dan Ujian akhir semester. Ujian tengah semester dan ujianakhir
semester dilaksanakan setelah mahasiswa
mengikuti proses pembelajaran selama setengah semester dan satu semester.
4. Tugas-tugas
Terstruktur. Tugas terstruktur merupakan tugas yang wajib dikerjakan oleh
mahasiswa guna mendalami dan memperluas penguasaan materi.dalam penelitian ini
mahasiswa diberi tugas terstruktur berupa berupa laporan buku /book report
BAB
3
MODEL
PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK
A. Pengantar
Diskusi
kelompok ialah suatu proses penglihatan
dua atau lebih individu yang berinterkasi secara verbal dan saling berhadapan
muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar
informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Sedangkan metode
diskusi adlah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendpat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas suatu maslah (Hasibuan dan Moedjiono,2008:20)
B. Pemimpin
Diskusi. Pemimpin diskusi adalah seorang yang bertugas memimpin diskusi agar
diskusi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk awal-awal sebgai latihan
sebaiknya dosen memimpin diskusi dikelas. Tetapi apabila sudah beberapa
kali pertemua dilaksanakan diskusi
dilaksanakan, maka bisa secara bergantian mahasiswa dilatih untuk memimpin
diskusi. Adapun peran pemimpin diskusi menurut Semiawan (1988: 77) ada dua terutama, yaitu:
1.
Sebagai pengatur
lalu lintas pembicaraan, yakni bertugas
mengatur jalan diskusi agar lancar,
dengan cara (1) mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anggouta
kelompok tertentu; (2) menjaga agar berbicara menurut giliran, tidak serempak;
(3) menjaga agar pembicara tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang gemar
berbicara;(4) membuka kesempatan bagi orang-orang tertentu (pemalu,Penakut)
untuk mengemukakan pendapat; (5) mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua
anggauta.
2.
Sebgai didnding
penangkis,artinya pemimpindiskusi menerima, pertanyaan, atau komentar dari
anggauta kemudianmelemparkan kembali kepada anggauta.
C. Mengelola
Kelompok Diskusi. Agar diskusi dapat berjalan dengan baik da hasilnya dapat
optimal serta efektif da efesien, diperlukan pengelolaan yang sebaik-baiknya.
Yang paling tida berupa langkah-langkah yang meliputi perencanaan,
perorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Yang meliputi yaitu:
1. Pembentukan
Kelompok, pembentukan kelompok sebaiknya diserahkan kepada mahasiswa
2. Pengaturan
Tempat, idealnya ada ruang-ruang kecil agar mereka dapat leluasa bergerak
3. Pelaksnaan
Diskusi Kelompok, sebelum mereka melaksanakan diskusi kelompok dosen
menjelaskan dahulu permaslahanya yang perlu
didiskusikan. Dosenmenjelaskan tema yang akan didiskusikan sehingga
mereka telah mnegerti permasalahan yang akan didiskusikan.
D. Hambatan
dalam Pembelajaran Metode Diskusi .
1. Hambatan
dari peserta didik latar belakang peserta diskusi yang berneka ragam dalam hal
pengetahuan, dalam hal kemampuan menyampaikan komunikasi(berkomunikasi), maka
kurang menarik.
2. Hambatan
darimateri, materi harus sudah di pelajari dulu oleh ketua kelompok beserta
anggautanya sebelum di bahas untuk di
diskusikan.
3. Hambatan
dari media, saran dan prasarana, penataan ruanganharus didesain sedemikain rupa
agar para peserta dapat melihat
mahasiswa lain dan juga pemimpin diskusi harus bisa dilihat oleh peserta lain.
BAB
4
MODEL
PEMBELJARAN DISKUSI KELAS
A. Pengantar
Metode diskusi di kelas memungkinkan
adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa atauantara mahasiswa dengan
mahasiswa.denganmetode diskusi, dosen dapat membaca pikiranmahasiswa tentang
konsep yang baru dipelajari, seperti menilai pemahaman mereka , apakah mereka
salah mengerti atau bias terhadap konsep baru tersebut. Reaksi / emosi mereka
terhadap konsep tersebut dapat diamati untuk melihat kesiapan mereka menerima
inovasi / konsep-konsep baru.metode
diskusi dapat berjalan dengan
baik apabila mahasiswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar
maslah yang akan di diskusikan, maka metode ceramah dapat di manfaatkan untuk
menerangkan teori atau konsep yang akan dilaksnakan. Urutan ceramah tidaklah
harus ceramah baru diskusi. Ini dapt dilaksanakan secara fleksibel,
dosenmeminta mahasiswa secara kelompok untuk mendiskusikan sesuatu masalah
menurut pengetahuanda pengalaman mereka.hasildiskusidapat di bahas melalui
ceramah dosen dan dikaitkan konsep yang akan dikaji . cara ini memungkinkan
dosen untuk memulai pelajaran dari pengetahuan yang telah mereka miliki
sehingga konsep baru menjadi lebih mudah dipelajaridan bermakna bagimanusia.
1. Persyaratan
diskusi
Ada beberapa hal yang harus di patuhi
dan perhatikan dalm pelaksanaan diskusi kelompok maupun diskusi kelas :
a) Konsep
dasar uintuk pemecahan masalah dalamdiskusi yang telah dipahami oleh mahasiswa
b) Pokok-pokok
maslah / kasus yang akan dibhas harus jelas
c) Peran
dosen adlah membimbing diskusi bukan memberi ceramah
2. Sikap
peserta diskusi
a) Perhatian
terfokus pada diskusi
b) Tidak
ada berbicara sendiriatyau diskusi kecil, kecuali mereka yang diberi kesempatan
berbicara
c) Menghargai
pendapat orang lain walaupun berbeda bahkan bertolak belakang dengan
pendapatnya
d) Mau
mendengar orang lain, tidak hanya mau didengar orang lain
e) Tidak
memotong pem,bicaraanorang lain , kecuali dalam keadaan sangat terpaksa, sebab
pembicaraan sudah keluar dari focus pembicaraan.
3. Manfaat diskusi
a) Diberikan
apabila mahasiswa telah memilki konsep atau pengalaman terhadap bahan yang
telah didiskusikan. Oleh karena itu sebelum diskusi dosen hendaknya
memberikanpenjelasan tentang bahanyang akan didiskusikan .
b) Memperdalam
pengalaman / pengetahuan yang telah di kuasai mahasiswa
c) Melatih
mahasiswa mengidentifikasidan memecahlanmaslah seta mengambil keputusan
4. Kelemahan
Metode Diskusi
Menurut Suryosubroto
bahwa metode diskusi juga memilki kelemahan yang sebelumnya hendaknya
dapat diantisipasi, seperti :
a) Tak
dpat diramalkan sebelumnya mnegenai hasilnya sebab tergantung kepada
kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggota.
b) Memerlukan
ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya
c) Jalannya
diskusi dapat dikuasai oleh bberapa siswa yang menonjol
d) Tidak
semua topic dapat dijadikan topic
diskusi, tapi hanya hal-hal yang bersifat problematic saja.
e) Diskusi
mendalam perlu waktu yang banyak, siswa tidak merasa dikejar-kejar dan perasaan
dibatasi.
f) Apabila
suasan diskusi hangat siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka
biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.
g) Sering
terjadi dalam diskusi terjadi siswa kurang berani mengemukakan pendapat
h) Jumlah
kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa mengemukan
pendapat
B. Langkah-langkah
Memimpin Diskusi
1. Persiapan
a. Merumuskan
tujuan intruksional, mengapa atau alasanharus diadakan diskusi, memjelaskan
pentingnya diadakan diskusi
b. Menjelaskan
akan hasil yang akan didapt dari hasil diskusi
c. Menjelaskan
tugas masing-masing kelompok
d. Merumuskan
pokok-pokokmaslah denga jelas dan ringkas
e. Mempertimbangka
latar belakang konsep dan pengalamanyang telah dimiliki mahasiswa
f. Menyiapkan
kerangka diskusi
g. Menyiapkan fasilitas diskusi
h. Pembagian
kelompok
i.
Medesain ruangan
agar semua peserta diskusi maupoun penyaji dapt berhadapan sehingga lebih
komunikatif dan interaktif
2. Pelaksanaan
a. Dosen
menginformasikan tujuan intruksional, mengomunikasikan pokok maslah yang akan
didiskusikan, menerangkan prosedur diskusi(presentasi, Tanya jawab/ diskusi.
Alokasi waktu, menjelaskan aturan mainya.
b. Kelompok
penyaji yang terdiri dari dua kelompok menyajikan makalh secara bergantian
secara panel, paling lama 15 menit tiap kelompok.
c. Diskusipanel,
moderator (Sementara ) memberikan kesempatan bertanya kepad audien pertermin
tiap termin tiga penanya.
d. Pemberian kesempatan kepada penyaji untuk menanggapi
pertanyan audien
e. Pada
diskusi kelas tahap-tahap awal dosen menjadi moderator
3. Penutup
a. Moderator
menyimpulkan danmerefleksi hasil diskusi
b. Evaluasi
pelaksanaan diskusi, memberikan kesempatan kepada calon-calon kelompok pennyaji
agar mempersiapkan lebih awal
c. Dosen
memberikan umpan balik dan penguatan
BAB 5
MODEL
PEMBELAJARAN SIMULASI
Simulasi
menurut (Hasibuan dan Moedjiono,
2008:27) adlah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura, simulasi dapat
berupa role plyaing (sosiodrama),
psikodrama, , dan permainan.
Sosio
drama (role playuing) berasal dari sosio dan dan drama , sosio
menunjukan pada obyeknya yaitu
masyarakat, yang menunjukan kegiatan-kegiatan social, dan drama berarti
mempertunjkan, memepertontonkan, atau memperlihatkan.jadi metode sosio
drama adalah metode mengajar yang
mendramatisasikan suatu situasi social yang mengandung problem, agar peserta
didik dapt memecahklan masalah dari situasi social tsb.
A. Prinsip-Prinsip
Simulasi
1. Dilakukan
oleh kelompok siswa, tiap kelompokdapat kesempatan simulasi yang sama atau
berbeda
2. Semua
siswa harus terlibat dengan peranan masing-,asing
3. Penetuan
topic disesuaikan dengan kemampuan
tingkat kelas
4. Petunjuk
simulasidberikan terlebih dulu
5. Dalam
simulasiseyogyanya dapatdicapai tiga domain psikis
6. Dalam
simulasihendaknya digambarkan dengan situasi yang lengkap
B. Langkah-langkahPelaksanaan
Simulasi
1. Penentuan
topik tujuan simulas
2. iguru
memberikan ganbarangaris besar situasi yang kan disimulasikan
3. Guru
memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan,
pengaturan ruangan, pengaturan alat dsb
4. Pemilihan
pemegang peranan
5. Guru
memberikan keterangan tentang peranan yang akan dilakuakn
6. Guru
memberikan kesempatan untuik mempersiapkan diri
7. Menetapakan
lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
8. Pelaksanaan
simulasi
9.
Evaluasi
danpemberian balikan (feed back)
10. Latihan
ulang
C. Kebaikan
metode sosio drama (role playing). Metode sosio drama, metode sosio drama
menurut mansyur (1996:104) memiliki kebiakan antara lain yaitu:
1. murid
melatijh diri untuk melatih, memahami, dan
mengingat bahan yag akan didramakan
2. murid
akan terlatih untuk berkreatif dan beriinisiatif
3. bakat
yang terpendam pada murid akan dipupuk sehingga muncul-muncul bibit seni
darisekolah
4. murid
menerima kebiaaan menerima dan membagi tugas tanggung jawab dengan sesamanay
5. bahasa
lisan yang digunakan akan dapat dibina dengan bail agar mudah dipahami oleh
orang lain
D. kelemahan metode sosio drama
1. sebagian
anak tidak ikut bermain mereka
menjadikurang aktif
2. banyak
memakan waktu, persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan
pertunjukan
3. memerluka
tempat yang luas
E. mengatasi
Kelemahan Metode Sosiodrama
1. guru
menerangkan dengan metode ini, bahwa denga jalan metode ini siswa dapat
diharapkan dapt memecahkan maslah hubungan social yang actual yang ada
dimasyarkat.
2. Guru
harus memilih masalah yang urgen agar menarik minat siswa dengan menrik siswa akan mteangsang untuk untuk memecahkan masalah ini
3. Agar
memahami peristiwa, guru harus bis menceritkan sambil mengatur adegan pertama
4. Bobot
atau luasnya bahan pelajaran yang kan didramasikan harus sesuai dengan waktu
yang tersedia
BAB
6
MODEL
PEMBELAJARAN CERAMAH
A. Pengantar
Ceramah adalah sebuah bentukinteraksi
melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada siswa. Dalampelaksanaan ceramah untuk
mejelaskan uraianya, guru harus dapat menggunakan alat-alt bantu seperti gambar
da audio visual lainya. Metode ceramah adlah yang paling banyak digunakan
didalam proses mengajar.
Menurut Sagal (2009:202) Metode cermah
agar menjadi sebuah metode y ang baik hendaknya di perhatikan hal-hal sebagai berkut:
1. Digunakan
jika jumlahnya banyak
2. Dipakai
jika guru akan memperkenalka nmateri pelajaran baru
3. Dipakai
jika khalayak telah mampu enerima informasi dengam kata-kata
4. Sebaiknya
di selingi dengan media alat gambar atau alat-alat visual lainya
5. Sebelum
ceramah dimulai, senaiknay guru berlatih dulu
memberikan ceramah
B. Sifat
Metode Ceramah
Bahwa
siswa dengan metode ceramah adalahmendengarkan dengan teliti dan mencatat
masalah-maslahpenting yang disampaikan guru, menurut sifatnya oleh
sagala(2009:202 adalah sifat metode ceramah adlalah :
1. Tidak
dapat memberikan kesempatan berdiskusi untuk memecahkan masalah sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang
tajam
2. Kurang
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya
3. Pertanyaan
lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya apalagi di gnakan
kata-kata asing
4. Kurang
cocok dengan di gunakan untuk proses pembelajaran pada usia anak-anak kecil
C.
Langkah-langkah
Metode Ceramah
Menurut
Silberman, mel dalam (Khimiyah dkk, 2005:65-66) mejelaskanmiskipun model pembeklajaran
ceramah itu ada kelemahan akan tetapi apabila dilakiukan dengan langkah langkah
yang tepat maka akan menjadi metode
pembelajaran yang efektif caranya dengan menggunakan
modifikasi-modifikasi untuk mengurangi kekurangan-kekurangannya. Langkah-langkah
yang di maksdu adlah :
1. Menggunakan
cerita atau visual yang menarik, sajikan anekdot, cerita fiksi, kartun atau
grafik yang relevan yang dapt menarik
perhatian.
2. Tawarkan
sebuah maslah ; kemukakan suatru problem di sekitar ceramah yang kan di susun
3. Angkitkan
perhatian dengan memberikan pertanyaan , berilah peserta didik dengan sebuah
pertanyaan.
4. Memberikan
poi-poin dari ceramah pad kata-kata kunci sebagai alat bantu untuk mengingat
5. Contohkan
analogkan dengan sebuah ilustrasi pada kehidupan nyata mengenai gagsan dalam ceramahnya.
6. Alat
bantu visual, gunakan flip chart, transparasi, hand out, dan demonstrasi
yang dapat membantu siswa melihat dan
mendengar apa yang anda katakana.
7. Review
peserta didik :mintalah mahasiswa saling mereview isi ceramah satu dengan yang
lain atyau berilah test dengan menskor
sendiri.
D. Kebaikan
metode ceramah
1. Guru
dapat menguasai seluruh arah kelas
2. Organisasi
kelas sederhana
E. kelemahanya metode ceramah
3. Guru
sukar mngetahui sampai dimana siswa
telah paham dari isi pembicaraanya
4. Siswa
seruing memberikan pengertian lain dari hal-halyang dimaksud guru
BAB 7
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar belakang
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pemikiran tentang belajar.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide.
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1. Menyandarkan pada hapalan
2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
- Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
- Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
- Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
- Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
- Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
- Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
- Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
- Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
- Tukar pengalaman.
- Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
- Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
- Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
- Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
- Mencatat apa yang telah dipelajari.
- Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Penilaian produk (kinerja).
- Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pemikiran tentang belajar.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide.
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1. Menyandarkan pada hapalan
2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
- Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
- Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
- Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
- Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
- Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
- Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
- Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
- Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
- Tukar pengalaman.
- Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
- Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
- Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
- Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
- Mencatat apa yang telah dipelajari.
- Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Penilaian produk (kinerja).
- Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
BAB 8
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
A. Pengertian
Cooperative
learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007). Selanjtnya Riyanto (2010)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill),
sekaligus keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal
skill.
Slavin (1995)
dalam Isjoni (2007) mengemukakan, “In cooperative learning methods, student
work together in four member team to master material initially presented by the
teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Selanjutnya
Sanjaya (2006) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda(heterogen).
Pembelajaran
kooperatif tentu saja bukan hal baru. Para guru sudah menggunakannya selama
bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok
diskusi, dan sebagainya. Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa
negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistimatik
dan praktis yang ditujukan untuk digunaka sebagai elemen utama dalam pola
pengaturan di kelas, pengaruh penerapan metode-metode ini juga telah
didokumentasikan, dan telah diaplikasikan pada kurikulum pengajaran yang lebih
luas (Slavin, 2009). Sedangkan menurut Isjoni (2007) mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented),
terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan
siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan
tidak peduli pada orang lain.
Ada banyak
alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik
pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung
penggunaan peembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencaapaian prestasi
belajar siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan
hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman kelas yang lemah dalam
bidang akedemik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya
kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah,
dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka
(Slavin, 2009).
Tujuan utama
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat
belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,
2007). Pembelajaran koperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa
prestasi akademik, toleransi, menerima keseragaman dan pengembangan
keterampilan sosial (Suprijono, 2009)
Sharan (1990)
dalam Isjoni ( 2007) mengemukakan bahwa siswa yang belajar menggunakan
pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi tinggi karena didorong dan
didukung dari rekan sebaya. Selanjutnya Johnson (1993) dalam Isjoni
(2007) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan
kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan
persahabatan, belajar menggunakan sopan-santun, meningkatkan motivasi siswa,
memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang
kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.
Ibrahim
(2000) dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai tiga macam tujuan pembelajaran, yaitu: hasil
belajar akademik; penerimaan terhadap keragaman; dan pengembangan terhadap
keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dalam tujuan untuk mencapai
hasil belajar akademik, dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif juga memberikan efek
terhadap penerimaan terhadap keberagaman ras, budaya, kelas sosial, gender,
serta tingkat kemampuan. Selain itu yang juga sangat penting, pembelajaran
kooperatif sangat jitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk
bekerjasama, di mana keterampilan ini sangat dibutuhkan di dalam masyarakat.
Adapun ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yang dikemukakan oleh Riyanto (2009) yaitu: (1) kelompok dibentuk
dengan siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, (2) siswa dalam kelompok
sehidup semati, (3) siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama, (4)
membagi tugas dan tanggung jawab sama, (5) akan dievaluasi untuk semua,
(6) berbagi kepemimpinan dan keterampilan uttuk bekerja sama, (7) diminta
mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.
Menurut
Suprijono (2009) bahwa terdapat lima prinsip yang mendasari pembelajaran
koperatif yaitu (1) Positive independence artinya adanya saling ketergantungan
positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian
tujuan, (2) Face to face interaction artinya antar anggota
berinteraksi dengan saling berhadapan, (3) Individual accountability
artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi
untuk mencapai keberhasilan kelompok, (4) Use of collaborative/social skill
artinya harus menggunakan keterampilan kerjasama dan bersosialisasi dan perlu
adanya bimbingan guru agar siswa mampu berkolaborasi, (5) Group processing
artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.
B.
Beberapa bentuk pembelajaran
kooperatif
1.Kaedah Jigsaw II
Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi 'juru' dalam sub-unit sesuatu topik. Setelah masing-masing memahami bahagian masing-masing, setiap 'juru' mengajarnya pula kepada ahli kumpulan yang lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa proses ini membolehkan 'juru' dan ahli sama-sama memikirkan pembentangan yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan. Selain dari itu, kaedah ini juga memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajar mereka untukmenjadi 'juru' dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik lebih baik daripadanya, secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka.
2.Kaedah STAD
STAD merupakan akronim bagi Student Teams Achievement Divisions. Pembelajaran dalam kumpulan kecil dilakukan bagi sesuatu topik. Kaedah perbincangan ini boleh menggunakan kaedah Jigsaw II atau pendekatan lain. Selepas itu kuiz bertulis secara individu akan diberikan untuk menguji pemahaman pelajar. Setiap pelajar akan mendapat markah individu, peningkatan kemajuan yang ditunjukkan oleh setiap pelajar akan dikira dengan mengambil markah terbaru dan ditolak dengan purata markah pelajar itu sendiri. Perbezaan markah individu akan dikumpulkan untuk menjadi markah kumpulan. Di sebabkan markah kumpulan diperolehi berdasarkan peningkatan ahli kumpulan, ahli kumpulan akan saling bekerjasama supaya mendapat markah yang maksimum.
3. TAI
TAI( Team Assisted Individualization) dibentuk menggabungkan antara motivasi dan insentif kepada kumpulan. Program yang diberikan mestilah bersesuaian dengan kemahiran yang dipunyai oleh setiap pelajar. Pelajar dalam setiap kumpulan mestilah terdiri daripada pelajar yang mempunyai keupayaan yang berbeza-beza. Ahli kumpulan yang bekerja secara berpasangan akan bertukar-tukar helaian jawapan kerja yang telah dibuat. Ahli kumpulan bertanggungjawab memastikan rakan-rakan dalam kumpulan bersedia untuk menduduki ujian akhir setiap unit. Skor mingguan yang diperolehi oleh kumpulan akan dijumlahkan , kumpulan yang melebihi skor yang ditetapkan akan diberikan sijil.
1.Kaedah Jigsaw II
Dalam kaedah ini, setiap ahli kumpulan menjadi 'juru' dalam sub-unit sesuatu topik. Setelah masing-masing memahami bahagian masing-masing, setiap 'juru' mengajarnya pula kepada ahli kumpulan yang lain. Soal-jawab atau perbincangan yang berlaku semasa proses ini membolehkan 'juru' dan ahli sama-sama memikirkan pembentangan yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan. Selain dari itu, kaedah ini juga memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajar mereka untukmenjadi 'juru' dan mengajar mereka yang mempunyai prestasi akademik lebih baik daripadanya, secara tidak langsung meningkatkan keyakinan diri mereka.
2.Kaedah STAD
STAD merupakan akronim bagi Student Teams Achievement Divisions. Pembelajaran dalam kumpulan kecil dilakukan bagi sesuatu topik. Kaedah perbincangan ini boleh menggunakan kaedah Jigsaw II atau pendekatan lain. Selepas itu kuiz bertulis secara individu akan diberikan untuk menguji pemahaman pelajar. Setiap pelajar akan mendapat markah individu, peningkatan kemajuan yang ditunjukkan oleh setiap pelajar akan dikira dengan mengambil markah terbaru dan ditolak dengan purata markah pelajar itu sendiri. Perbezaan markah individu akan dikumpulkan untuk menjadi markah kumpulan. Di sebabkan markah kumpulan diperolehi berdasarkan peningkatan ahli kumpulan, ahli kumpulan akan saling bekerjasama supaya mendapat markah yang maksimum.
3. TAI
TAI( Team Assisted Individualization) dibentuk menggabungkan antara motivasi dan insentif kepada kumpulan. Program yang diberikan mestilah bersesuaian dengan kemahiran yang dipunyai oleh setiap pelajar. Pelajar dalam setiap kumpulan mestilah terdiri daripada pelajar yang mempunyai keupayaan yang berbeza-beza. Ahli kumpulan yang bekerja secara berpasangan akan bertukar-tukar helaian jawapan kerja yang telah dibuat. Ahli kumpulan bertanggungjawab memastikan rakan-rakan dalam kumpulan bersedia untuk menduduki ujian akhir setiap unit. Skor mingguan yang diperolehi oleh kumpulan akan dijumlahkan , kumpulan yang melebihi skor yang ditetapkan akan diberikan sijil.
BAB
9
MODEL PEMBELAJARAN VCT
A.
Makna Pembelajaran
VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat
memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan
bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana
menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta
didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau
mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina
kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun
yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c)
menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima
siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan
bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai,
mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya
sebagai warga masyarakat”.
B.
Langkah Pembelajaran Model VCT
Berkenaan
dengan teknik pembelajaran nilai
Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain:
a. Teknik evaluasi diri (self evaluation)
dan evaluasi kelompok (group evaluation)
Dalam
teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau
tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk
perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
1)
Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik
2) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
3) Peserta didik merespon pernyataan guru
4)
Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada
tujuan yang diharapkan untuk menanamkan
niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut.
b.
Teknik Lecturing
Teknik
lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang
menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:
1) Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari
buku atau yang dibuat guru.
2)
Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan
kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.
3)
Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok
untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.
c.
Teknik menarik dan memberikan percontohan
Dalam
teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior),
guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun
kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.
d.
Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
Teknik
indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut
untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus,
dilarang, dan sebagainya.
e.
Teknik tanya-jawab
Teknik
tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat pikirannya.
f.
Teknik menilai suatu bahan tulisan
Teknik
menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal
ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode
(misal: baik - buruk, benar – tidak-benar, adil – tidak-adil dll). Cara ini
dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode
penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk
memberikan tanggapan terhadap penilaian.
g. Teknik mengungkapkan nilai
melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan
model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri
Kesimpulan
Macam –macam
model pembelajaran inovatif perlu untuk meningkatkan mutu didalam strategi pembelajaran untuk menghasilkan
proses pembelajaran yang efektif, sangat perlu untuk membangkitkan perhatian
siswa agar dapat mengkondisikan kelas ,
semakin kaya dengan inovasi strategi
pengajaran maka siswa akan selalu konsetrasi pada pelajaranyang di
hadapi .
Resensi buku yang ke 5 (04/12/2012)
MAKALAH
RESENSI BUKU
PEMBELAJARAN INOVATIF
Guna memenuhi tugas
![]() |
Mata Kuliyah Strategi Belajar Mengajar
Dosen : Chusna Maulida, M.Pd.I
Penyusun : Saidani Nim (2022110069)
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
JURUSANTARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGRI (STAIN)
2012
trimakasih,, ini sangat membantu
BalasHapusTerimakasih.. :)
BalasHapus(y)
trimakasih. ini sangat membantu. saya ingin meminta bantuan, apakah bapak mempunyai referensi buku model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetation)? jika punya, saya mohon bantuannnya untuk kelancaran skripsi saya. trimakasih
BalasHapusAlhamdulillah...... dapat menambah bahan pustaka.
BalasHapus